Posted on: 20 April 2023 Posted by: redaksi toknyong Comments: 0

oleh Ryannaldo Noorhidayat

Subi merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Natuna, ia terletak di sebelah tenggara pulau Bunguran Besar. Dibutuhkan waktu kurang lebih 5-10 jam untuk sampai ke sini, tergantung pada cuaca, jenis transportasi, dan lokasi berangkat. Subi termasuk dalam wilayah Natuna bagian selatan, wilayah kecamatannya terdiri atas pulau-pulau. Hanya ada dua pulau besar di sini, yakni Subi Besar dan Subi Kecil yang dipisahkan oleh Selat Nasi. Dimana Subi kecil menjadi pusat pemerintahan kecamatan.

Jika dilihat dari google map, Pulau Subi Besar merupakan pulau terbesar kedua di Kabupaten ini setelah pulau Bunguran. Subi ini memiliki keunikan sedikit, ia tak memiliki gunung, pulau nya cenderung datar, titik tertinggi di kecamatan ini kemungkinan berada di ujung utara pulau Subi kecil, di tempat tersebut berdiri sebuah mercu suar yang oleh orang sekitar disebut dengan lampu.

Pulau Subi Kecil yang merupakan pusat keramaian, di pulau ini terdapat 4 desa dari 6 desa yang berada di wilayah Kecamatan Subi. Pulau Subi Kecil ini juga merupakan salah satu pulau terluar sesuai dengan SK Presiden tentang Pulau-Pulau Kecil Terluar NKRI.

Dari kacamata kebudayaan, Subi memiliki banyak unsur-unsur kebudayaan yang sayang untuk dilewatkan. Baik di Subi Besar maupun Subi Kecil menyimpan banyak hal tentang kebudayaan. Makam-makam tua bernisankan batu granit masih banyak di jumpain di wilayah ini. Juga nisan-nisan besar bertuliskan arab banyak tersebar di beberapa di Subi.

Keramat Darah Putih dan Keramat Siti Balkis merupakan dua dari sekian banyak makam-makam tua yang ada, beberapa yang lain kami tak mengetahui siapa “penghuninya”. Keramat Siti Balkis yang terletak di Subi Besar itu sangat melegenda, sebab diceritakan bahwa Siti Balkis memiliki paras cantik jelita yang membuat siapapun jatuh cinta. Hal tersebut membuat para pria di sana berebut untuk mendapatkan cintanya. Berebut, dalam artian yang memang-memang berlomba untuk mendapatkan Siti Balkis, berbagai cara dilakukan bahkan saling bunuh pun. Hal tersebut membuat abang Siti Balkis mengambil keputusan untuk membunuh Siti Balkis, agar tak lagi terjadi pertumpahan darah orang-orang. Beberapa sumber lain mengatakan bahwa Siti Balkis bunuh diri untuk menghentikan “perebutan” yang terjadi.

Keramat Darah Putih yang terletak di Subi Kecil memiliki cerita berbeda. Cerita berasal dari seorang syaikh yang mendakwahkan ajaran agama islam di Subi yang dibunuh oleh lanun. Ketika terluka, darah yang keluar dari tubuhnya berwarna putih, dan yang menetes ke tanah menjadi batu. Saat setelah dikubur di dekat rumahnya, anak dari pendakwah ini bermimpi bahwa sang ayah minta dipindahkan ke masjid tempat biasa ia mengerjakan shalat. Keesokan harinya, batu nisan bagian kepala sudah berpindah dengan sendirinya ke lokasi yang dimaksud, lalu nisan bagian kaki dipindah oleh pihak keluarga. Saat ini lokasi Keramat Darah Putih menjadi lokasi wisata religi, banyak orang-orang yang berziarah di sini. Makam Keramat Darah Putih memiliki panjang hampir dua meter. Di pendopo makam, tersedia sebuah kayu panjang yang konon jika kita mengukur antara nisan ke nisan maka panjangnya tak akan pernah sama. Selalu saja berubah-ubah.

Dari segi cerita rakyat, Subi sangat terkenal dengan legenda Selat Nasi, selat yang memisahkan Subi Besar dan Subi Kecil. Dalam buku cerita karya BM. Syamsuddin, Selat Nasi berasal dari nasi pada sebuah pesta pernikahan yang dihamburkan oleh ayah dari mempelai wanita karena kadung marah menunggu rombongan pengantin pria tiba sehingga membuat semua makanan menjadi basi, termasuk nasi tadi.

Subi juga menyimpan cerita sejarah zaman penjajahan. Pulau Subi Kecil pernah akan berdiri pangkalan udara pada masa kependudukan Jepang di Nusantara, sekitar tahun 1942-1945. Namun belum sempat beroperasi Jepang sudah kembali ke negaranya imbas dari bom atom yang dijatuhkan AS pada 1945.

Beberapa fakta yang ada membuat waktu 2 hari saya di Subi ini sangat singkat, masih banyak hal-hal lain yang ingin saya telusuri, seperti kisah Datuk Subi, Batu Raya, Kisah Subi dan Ranai, Perigi Butol, meriam kerajaan, rumah-rumah tua, hingga primata kecil penghuni Subi, tarsius yang oleh warga lokal disebut dengan mbing.

Ekspedisi Budaya Subi, on proccess..

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.