Posted on: 8 December 2022 Posted by: redaksi toknyong Comments: 0

oleh Nisa Afifah

Open recruitment CPNS 2018 is beginning, bak oase di gurun pasir impian untuk melihat langsung “dunia lain” mulai tercerahkan. Berawal dari tayangan televisi yang memperlihatkan potret pendidikan anak-anak yang jauh dari hingar bingar ibu kota, cara mereka bertahan hidup, berdamai dengan keterbatasan tetapi penuh keceriaan merupakan sesuatu yang istimewa bagi saya yang terbiasa mengakses semua kemudahan yang disajikan kota besar. Ini alasan kenapa saya memilih kuliah keguruan, tujuannya cuma satu, lulus secepatnya dan ikut SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan Terluar dan Tertinggal). Dua tahun sebelum prakiraan studi saya selesai impian itu harus terkubur, pemerintah menghapuskan program SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan Terluar dan Tertinggal) yang selama ini saya idamkan. Akhirnya, beberapa bulan setelah lulus kuliah saya memutuskan menjadi guru honor di SMP Negeri 26 Bandung.

Meskipun singkat, SMP Negeri 26 Bandung memberi saya banyak sekali pelajaran tak ternilai, menjadi guru sebagai role model siswa, tatakrama dengan rekan kerja, hingga solat duha. Banyaknya program yang disusun Dinas Pedidikan Kota Bandung membuat semua guru harus telibat langsung. Saya, guru honor baru yang diberi mandat sebagai wali kelas VII-F punya anak berkebutuhan khusus diikut sertakan dalam program inklusi bersama guru bimbingan konseling, bimtek pembelajaran sekolah inklusi dilaksanakan secara berkala oleh dinas pendidikan, outputnya kamipun mengatur pertemuan khusus dengan seluruh anak inklusi di istirahat kedua setiap hari jum’at. Program inklusi menuntut saya untuk memahami anak tuli maupun autis yang ada disekolah ini. Membantu mereka untuk nyaman dan berkawan dengan teman sekelas tanpa merasa tersisihkan merupakan kunciutama, bermodal internet dan siswi tuli yang kooperatif saya belajar bahasa isyarat sibi, tak lupa saya ajarkan praktekku ini kepada anak kelas VII-F. Sebutan teman tuli bagi mereka lebih bermartabat daripada tunarungu, dan mereka memanggil saya teman dengar.

Selanjutnya memastikan mereka mengikuti pelajaran walau tingkat kesulitan dan porsinya berbeda dengan kawan seperjuangan, tak lupa memperhatikan minat dan bakat sebagai laporan untuk mereka melanjutkan ke jenjang menengah atas. Ternyata, anak inklusi bukan sebatas mempunyai keterbatasan fungsi organ, lebih daripada itu, anak yang tidak dapat fokus dalam belajar, sering mengganggu temanpun mempunyai indikasi anak inklusi, untuk mengetahui sejauh mana anak terindikasi harus ditindak lanjuti maka dilakukan assesment yangmana formatnya saya dapatkan pada bimtek yang telah di ikuti.


Dugaan saya tepat, banyak sekali perbedaan antara peserta didik di sekolah tempat dulu saya mengajar dengan peserta didik di SMP Negeri 1 Bunguran Utara. Dari faktor internal keluarga, motivasi untuk belajar, lingkungan yang tidak kompetitif, fasilitas dan literatur yang biasa saya nikmati semasa sekolahpun tidak mereka dapatkan. Saya penah melihat pertunjukan mereka di praktek mata pelajaran seni budaya, mereka menampilkan drama cerita rakyat Natuna “selat nasi di pulau subi” saya rasa mental mereka untuk tampil di depan umum sudah bagus, tapi alur ceritanya tidak klimaks seperti yang sudah pernah saya tonton di youtube waktu lalu, ya wajar, referensi mereka kurang. Di acara imtaq mingguan yang disajikan begiliran tiap kelas ada sesi penampilan minat dan bakat, saya sebagai wali kelas menawarkan untuk mereka menampilkan drama dan pantun, judul drama yang sama dengan yang pernah mereka di tampilkan tetapi dengan alur cerita yang pernah saya tonton.

Bermodalkan channel youtube “cerita rakyat” saya buat teks percakapan untuk mereka tampilkan. Mereka berlatih penuh semangat, tak lupa saya agendakan untuk membuat properti, proses pembuatan properti berlangsung di rumah dinas yang saya tempati, bermodal kardus bekas, biji-bijian dari pohon yang tumbuh liar sebagai perhiasan dan krayon yang saya punya supaya lebih berwarna. Penampilan drama kelas kami sukses, ada beberapa anak yang sadar lupa teks, malah meminta maaf karena merasa penampilannya kurang memuaskan
tetapi bagi saya sudah cukup memukau.

Untuk sekolah yang tidak berada di pusat kota, penampilan itu menjadi sesuatu yang spesial. Mereka tidak punya keturunan darah seorang aktor, ataupun sekedar melihat secara langsung pertunjukan teater di rumentang siang maupun dago tea house. Tetapi, tanpa mereka sadari mereka mempunyai keinginan untuk menjadi anak yang literat karena tidak semua orang mau mencoba menampilkan bakatnya didepan khalayak ramai.

Kurang lebih sebulan setelah penampilan imtaq disekolah, pemain drama yang awalnya hanya kelas VII-B ditambah dan diseleksi ulang untuk seluruh siswa/i berpotensi yang ada di SMP Negeri 1 Bunguran Utara karena penampilan drama sekolah kami mendapat kesempatan kedua unjuk kemampuan pada acara malam panggung budaya yang digagas oleh komunitas Mbecite Kelarik di gedung PPS Desa Kelaik. Sempat demam panggung karena melihat penonton sekampung, saya bangkitkan kembali di breafing terakhir sebelum tampil, saya yakinkan mereka bisa memukau apalagi latihan untuk penampilan kali ini di bawah tangan dingin Ibu Zulmaneti, guru Bahasa Indonesia yang juga pelatih ekstra kulikuler drama di sekolah kami, dengan penuh percaya diri, tak terlihat keraguan lagi dari satupun pemain, dipadukan dengan akting memukau menghasilkan tepuk tangan riuh sorak penonton yang hadir, tak lupa dengan wajah para orangtua yang bangga dan tak percaya melihat penampilan anaknya, “anak sape ndok?” ucapan yang terdengar dari penonton yang hadir.

Kegiatan ekstra kulikuler drama ternyata banyak member berdampak positif bagi peserta didik di SMP Negeri 1 Bunguran Utara, saya masih ingat betul, tiga tahun lalu ketika pertama kali menjadi guru di sekolah ini, kata-kata yang sering terlontar dari perserta didik ketika saya tunjuk untuk kedepan kelas atau sekedar tanya jawab klasikal dengan suara pelan mereka menjawab “supan bu”, tingkat percaya diri mereka rendah. Sempat saya analisis ternyata salah satu faktor penyebab adalah kurangnya kegiatan positif yang ditawarkan sekolah diluar pembelajaran.

Mirna (2018, September 19). Sudah Tahu Belum 5 Manfaat Bermain Drama Bagi Anak?. Diperoleh dari https://www.appletreebsd.com/sudah-tahu-belum-5-manfaat-bermain-drama-bagi-anak/ Banyak sekali manfaat yang akan anak-anak dapatkan dari bermain drama seperti; Lebih kreatif, dengan bermain drama anak akan menjadi lebih kreatif ketimbang anak yang tidak pernah melakukan kegaiatan ini. Selama bermain drama, anak dituntut untuk menghafal dialog, mengeksplorasi karakter, dan berimprovisasi dengan naskah agar tampak natural atau semirip mungkin dengan tokoh yang ia perankan; Mudah bergaul, pandai berkomunikasi, pemberani, dan percaya diri; Disiplin; Tanggung jawab, mereka akan membiasakan diri dengan ritme kerja keras, mulai dari menghafal naskah, berlatih dialog, dan berinteraksi dengan tokoh lain; Meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup yang baik. Termasuk juga karakter yang kuat dan berani. Menghilangkan stress rasa bosan lah yang menjadi penyebab utama peserta didik mengalami stres. Cara terbaik untuk meredakan stres pada anak adalah dengan mengajaknya melakukan kegiatan yang menyenangkan.

Berangkat dari hal ini dapat kita lihat adanya dampak-dampak dari bermain teater. Seperti yang dirasakan oleh peserta didik di SMP Negeri 1 Bunguran Utara. Proses latihan teater menjadikan anak-anak memiliki jasmani yang sehat. Tidak hanya itu, latihan teater juga membuat rohani dari peserta latihan menjadi sehat. Salah satunya dengan proses latihan olah sukma yang melatih raga bagian dalam anak-anak. Tidak hanya urusan raga, tetapi juga urusan rasa. Latihan rasa akan berdampak pada kemampuan peserta latihan untuk merasakan secara dalam dari karakter yang akan mereka mainkan.

Siswa-siswi yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut merasakan dampak lainnya seperti kedisiplinan. Potensi mereka untuk menjadi seorang aktor harus dituntun dengan proses latihan yang tekun, juga soal disiplin waktu. Kedisiplinan merupakan bagian penting, sebab berawal dari terlatihnya kedisiplinan akan berdampak pula pada kepekaannya terhadap kedisiplinan lainnya. Contoh disiplin dalam melatih pernapasan, disiplin dalam menghapal naskah, dan lainnya. Kedisiplinan harus dilatih sejak dini, ekstrakurikuler drama menjadi alternatif untuk hal itu. Keteraturan dalam setiap urusan akan menjadi terbiasa hingga kelak. Begitu pula saat mereka diberi tanggung jawab, dan disiplin mengerjakan apa yang harus dikerjakan.

Drama dapat melatih siswa-siswi SMP Negeri 1 Bunguran Utara untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bermain drama mengharuskan pemain siap berhadapan dengan penonton yang beragam. Kesulitan tampil di depan umum akan menjadi perkara yang fatal. Peserta didik harusnya mempunyai keberanian tampil di depan umum. Hal itu akan memainkan perannya sebagai seorang yang dapat menyampaikan pendapat di depan kelas, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

Anak-anak akan aktif di kehidupan sosial dengan latihan drama. Kemampuannya meningkat dalam hal berkomunikasi dengan orang lain. Sikap ini sepertinya masih jarang dimiliki oleh anak-anak seusia Sekolah Menengah Pertama. Kebanyakan dari mereka hanya berani dengan teman sekolah, tetapi jika diajak ke depan kelas dan mengutarakan sesuatu, gugup dan malu setengah mati. Bersuara sedikit itu sudah bersyukur. Sekarang, anak-anak yang mengikuti ekstra kulikuler drama menjadi pionir bagi teman-temannya untuk lebih aktif lagi di kelas.

Urusan kreatif sepertinya tidak diragukan lagi, drama memberikan dampak tersebut. Kreatif dalam hal memilih kostum, membuat properti, dan tentunya akting itu sendiri. Sedikit sekolah yang memberikan ruang untuk anak-anaknya melatih diri menjadi kreatif, atau dengan kata lain bebas. Kreatifitas anak-anak harus didukung dengan diberikannya kesempatan anak-anak untuk mengeksplorasi diri mereka. Drama menjadi ruang eksplorasi yang tidak terbatas. Mereka akan mengeksplorasi tubuh, vokal, emosi, dan sudut pandang. Jiwa-jiwa kreatif mesti dipupuk dari sekarang demi masa depan peserta didik yang bebas dan berdaya guna untuk kemudian hari.

Anak-anak dari SMP Negeri 1 Bunguran Utara adalah sumber daya yang harus digali lebih dalam. Hal itu harus dilakukan dan didukung oleh segala pihak. Letak Kelarik yang bisa dikatakan jauh dari ibukota bukan alasan untuk mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang sama dengan yang lainnya. Keterbatasan akan membuat mereka meretas hal itu, tentu dengan segala yang mereka miliki. Keterbatasan akan membuka ruang kreatifitas baru. Bermain drama merupakan salah satu ruang menjadi anak-anak yang bahagia di masa mudanya.

Semoga siswa-siswi SMP Negeri 1 Bunguran Utara dapat terus berkarya dan berkembang, mengasah bakat dan kemampuan yang dimiliki karena mereka punya hak yang sama sebagai warga Negara yang harus di dukung dengan fasilitas penunjang juga guru yang kompeten sesuai dengan Pancasila sila ke-5 “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.