Posted on: 22 September 2022 Posted by: Comments: 0

Batu Bayan

Burung bayan sering hinggap di batang kayu ara berukuran besar yang akar-akarnya menjalar atau melingkar-lingkar sampai ke batu besar yang berada di dekatnya. Keberadaan burung bayan di daerah tersebut ternyata membuat penduduk yang berdekatan dengan batang kayu ara sekitar merasa terganggu. Agar penduduk kembali tenang menjalani aktivitasnya, batang tersebut dibakar. Batang itu tidak tumbuh lagi sehingga burung bayan tidak memiliki tempat untuk bertengger lagi. Penduduk juga sempat ingin membakar batu yang ada di sebelah batang kayu ara tersebut. Tetapi karena menurut orang-orang tua batu tersebut ada penunggu yang menjaganya, akhirnya tidak jadi dibakar dan dibiarkan begitu saja. Batu inilah kemudian dinamakan dengan sebutan Batu Bayan yang juga menjadi nama salah satu tempat di daerah Cemaga.

Batu Cina

Batu ini berada di darat, tepatnya di tebing sungai Sebintang menuju kehulu. Batu iniberukuran besar dan lebar, tingginya kira-kira setinggi atap rumah. Diceritakan bahwa dahulu di daerah itu memang dihuni oleh orang-orang keturunan Cina. Batu itu kemudian digunakan oleh orang Cina untuk duduk bersantai dan berkumpul sesama mereka. Dalam interaksi sehari-hari, mereka menggunakan bahasa Cina. Jejak kehadiran orang Cina ini berupa kuburan yang terdapat di daerah sekitar. Batu ini memiliki nilai mistis.Menurut orang-orang dulu, jika ada penduduksetempat yang melewati batu tersebut, makaakan terdengar suaraseperti orang yang sedang berbicara menggunakan bahasa Cina. Anehnya,saat disusuri asal suara siapa yang berbicara tersebut, malah tidak tampak satu orang pun.

Batu Kelip

Batu Kelip berada di tepi Sungai Sebintang. Letaknya saling berdekatan dengan Batu Cina. Ukuran batu ini besar dan lebar, tapi tidak lebih besar dari Batu Cina. Batu ini dipercaya sebagai penerangan atau tempat lampu bagi pemukiman orang Cina yang mendiami daerah tersebut. Di atas batu itu, muncul cahaya terang berwarna-warna. Kemudian cahaya itu kelap-kelip menerangi sekitar. Kemudian batu itu dikenal dengan nama Batu Kelip.

Batu Kasah

Batu Kasah merupakan sebuah batu yang digunakan Nyong untuk mengasah pisaunya sebelum menyerang para lanun yang mengganggu pulau tersebut. Batu ini juga digunakan Nyong untuk mengasah pisau sebelum pergi bekerja. Karena dipengaruhi oleh gaya tutur masyarakat Bunguran, secara tidak langsung dan tanpa disadari Batu Asah berubah menjadi Batu Kasah. Batu Kasah ditunggu oleh dua orang penunggu berjenis kelamin perempuan. Rumah sebenarnya dari kedua penunggu ini berada di sebuah padang yang dikenal dengan nama Padang Tok Mbung. Dua penunggu perempuan ini berpakaian hitam dan putih. Sesuai dengan warna pakaiannya, makhluk penunggu ini memiliki sifatnya masing-masing. Penunggu berpakaian putih memiliki sifat yang baik dan penunggu berpakaian hitam yang biasa menakali orang-orang yang dianggap menganggu. Akibatnya, ada saja orang yang mengalami kerasukan saat berkunjung ke Batu Kasah.

Batu Mayat

Seperti namanya, sebuah batu berukuran kecil yang menyerupai mayat. Bentuk batu seperti orang yang telentang, kaki menghadap ke laut dan kepala menghadap ke hulu darat. Batas ulu hati sampai ujung kaki tertimbun aspal, bagian dari ulu hati menuju kepala masih terlihat. Letak batu ini sebelum simpang Batu Kasah dan lepas sungai. Namun, sebagian badan dari batu ini tertimbun aspal guna memperlancar jalan menuju objek wisata Batu Kasah. Batu Mayat memiliki nilai mistis, pada saat tertentu ada masyarakat yang pernah melihat penampakan di batu tersebut.

Uncategorized

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.