Posted on: 1 July 2022 Posted by: redaksi toknyong Comments: 1

Oleh Wan Eddy Wan Izaz

Ada banyak sebutan untuk kelompok ini yaitu Orang Pesuku, Orang Laut, Orang Sampan, Orang Mantang, Orang Akit, Orang Sekak, dan lain-lain. Orang Laut atau Suku Laut merupakan kelompok yang mendiami perairan Kepulauan Riau dan Laut China Selatan sejak masa Kesultanan Johor-Lingga. Sejak lama, Suku Laut dikenal sebagai masyarakat nomaden dengan menjadikan sampan sebagai tempat tinggal. Mereka tinggal di Sampan Kajang yang juga menjadi lambang persatuan dari rumpun Suku Laut.

Saat mengembara di lautan, sampan akan dipenuhi oleh satu keluarga. Suku Laut berciyau dalam kelompok-kelompok kecil yang saling menjaga antara satu dengan lainnya.Lambat laun, sebagian Suku Laut mulai menepi ke daratan. Secara tidak langsung terjadi perubahan dalam hal pola kehidupan mereka, dari awalnya sebagai sea nomads, hingga kemudian menjadi masyarakat tempatan. Mereka mulai mendiami sejumlah kawasan pesisir yang ada di Kepulauan Riau / Laut China Selatan dan mulai membangun peradaban darat secara permanen.

Salah satu suku laut yang menetap di darat adalah Orang Sepadal di Tebing Tinggi pantai barat pulau Bunguran Kepulauan Natuna. Tidak diketahui secara pasti sejak bila orang Sepadal (penamaan orang Sepadal karena mendiami tepian sungai Sepadal) mulai menetap di Tebing Tinggi pantai barat pulau Bunguran. Kuat dugaan orang Sepadal ini mulai mendiami Tebing Tinggi karena mulai melemahnya peranan mereka sebagai bahagian dari dominasi raja di laut. Pada awal mendiami Tebing Tinggi, orang Sepadal dipimpin oleh seorang Tok Batin yang bernama Panglima Garang. Sebagai Tok Batin, Panglima Garang sangat disegani oleh anak buahnya. Panglima Garang memiliki ilmu yang tinggi salah satunya mampu meneduhkan angin yang sedang bertiup kencang. Dengan kemampuan ini Panglima Garang akan merompak kapal dagang yang melintasi perairan laut pulau Bunguran. Kapal yang melaju karena tiupan angin tiba tiba tidak bergerak karena tiada tiupan angin.

Panglima Garang akan mengejar kapal dagang itu dan merompak semua muatan kapal dagang itu.Setelah menetap lama di daratan, mereka mulai memeluk agama Islam dan meninggalkan pekerjaan merompak, dan tidak diketahui bagaimana proses mereka memeluk agama Islam sebagai agama anutan mereka. Mereka tetap tinggal dalam kerukunan sebagai mana mereka hidup sebelumnya.Sebagai makhluk sosial, manusia bukanlah makhluk yang dapat hidup sendiri. Sudah menjadi sifat alamiahnya bahwa manusia merupakan insan yang memiliki keterbatasan. Sehingga manusia tetap membutuhkan manusia lainnya.

Masyarakat Orang Sepadal juga melakukan interaksi dengan orang Melayu di kampung sekitarnya. Mereka juga menikah dengan orang Melayu. Proses asimilasi ini mengakibatkan Orang Sepadal akhirnya meninggalkan kampung Tebing Tinggi dan berhijrah ke kampung orang Melayu.Pada masa Perang Dunia II Orang Sepadal masih mendiami Tebing Tinggi di pantai Barat pulau Bunguran. Pimpinan mereka ketika itu adalah Mat Laab. Sekarang Tebing Tinggi sudah menjadi kampung kosong karena ditinggalkan oleh penghuninya. Mereka berhijrah ke kampung kampung sekitarnya dan akhirnya meninggalkan identitas mereka sebagai orang Sepadal atau orang laut.

1 people reacted on this

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.