
Di Tengah Laut
pada buritan itu terdapat keluh kesah— sedu sedan yang menghadap pada matahari terbenam,
di bawahnya lautan terbelah oranye seperti jalan yang terbentang untuk Musa.
kemudian lanskap memotret integral pada patahan fragmen-fragmen yang abstrak itu.
sebelum ada malam;
sebelum matahari dilahap batas langit dan laut.
sebelum akhirnya semuanya tak terselesaikan lagi hingga angin laut membawa pertanda hari
bahwa telah berganti.
Rindu Itu…
barangkali rindu itu kini sudah terpenjara makna:
terkekang pada aturan dan pola atas nama cinta yang fana
sungguh kita sudah terlalu hilang,
seperti tersesat pada huru-hara Tokyo raya.
amarah terdistorsi kasih sayang membuat kata-kata semakin lembut, semakin kusut
rangkaian peristiwa di masa lalu menciptakan hukuman bagi pikiran sendu;
makna menjelma menjadi candu kelabu.
Akhir Pekan
“you’re a slave to money then you die” —The Verve
seperti senin yang merindukan minggu, kita terlampau jauh di kusut benang selasa hingga jumat,
lalu sabtu tewas tenggelam di telaga jahanam— tiba-tiba hilang.
Nadhif Nur Dhia lahir di Bandung pascakrisis moneter. Saat ini merupakan mahasiswa Sastra Inggris tingkat
akhir.